Laut Indonesia menyimpan karunia kekayaan alam yang melimpah. Potensinya terbentang dari mulai pemanfaatan sumber energi terbarukan, perikanan, pariwisata, pertambangan, industri maritim, hingga jasa kelautan lain seperti Benda Muatan Kapal Tenggelam. Semuanya jika dikelola dengan baik, disertai visi yang kuat pemimpin dalam bidang kelautan, akan memberi sumbangan besar bagi kokohnya fondasi pembangunan nasional.
Dalam kasus Indonesia, faktor kepemimpinan menjadi kunci. Pernah dalam satu waktu isu kelautan menjadi agenda penting dalam politik pembangunan. Dikuliti landasan filosofis dan konseptualnya, digelar aneka regulasi dan program, diuji efektifitasnya di lapangan, serta diperdebatkan manfaatnya bagi publik. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Gebrakan dalam bidang ini setidaknya telah membangun kesadaran baru banyak orang Indonesia: betapa lama bangsa ini memunggungi lautnya.
Tetapi nampaknya kita belum sembuh dari penyakit lama. Memanfaatkan memori publik yang pendek, hingar-bingar pembangunan kelautan mulai redup resonansinya. Gagasan-gagasan besar tenggelam seiring dengan lahirnya kebijakan baru yang miskin imajinasi dan kering nilai-nilai kebajikan. Seolah sedang berlari, tapi sesungguhnya hanya melangkah satu inci.
Di laut, nelayan adalah aktor utamanya. Mereka ingin pemerintah kembali memeluknya. Merancang agenda dan menguatkan langkah bersama. Meniti langkah demi langkah, menyelesaikan satu per satu masalah, dan menguatkan jejak untuk berlari mengejar segala ketertinggalannya. Tiada kemustahilan di dunia dengan seizinNya. Aman lautnya, Sejahtera Nelayannya, Kuat Bangsanya.
Selamat Hari Maritim Nasional
23 September 2020
Dani Setiawan