Bertepatan dengan Hari Kartini sekaligus memperingati Hari Bumi, KNTI menggelar diskusi #PerempuanBicara dengan tema “Melihat Pesisir, Melihat Masa Depan Indonesia”. Kegiatan ini merupakan agenda sayap organisasi KNTI yakni KPPI (Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia). Sekjen DPP KNTI, Iing Rohimin serta Ketua Bidang Perempuan DPP KNTI, Rosienah, hadir membuka kegiatan tersebut yang belangsung pada, Rabu (21/04) via Zoom Meeting.
Dalam sambutannya, Rosienah menyampaikan kepada peserta yang hadir tentang jasa-jasa perjuangan R.A. Kartini
“Perjuangan R.A. Kartini memberikan pengaruh besar terhadap perempuan di masa sekarang. Ajaran-ajaran R.A. Kartini juga mengajarkan para perempuan untuk menjadi sosok yang cerdas dan berani, bahwa perempuan memiliki hak yang sama baik dalam politik, budaya, dan sosial seperti yang telah diperjuangkan oleh R.A Kartini tersebut.”
Lanjut Rosienah, Diskusi ini membuka kesempatan para perempuan-perempuan pesisir untuk berbicara dan menyampaikan gagasan ataupun sekadar bercerita bahwa perempuan juga memiliki peran dalam keluarga maupun lingkungan.
“Sementara itu, peringatan hari Kartini ini menjadi momen penting dalam mencapai tujuan didirikannya Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) sebagai badan otonomi yang berupa kelompok perempuan pesisir yang bergerak di sektor pengolahan perikanan, memiliki tujuan untuk memperjuangan kebijakan perempuan pesisir; mampu mewujudkan lingkungan, sosial budaya, politik perempuan pesisir; dan menggerakkan kekuatan sosial menjadi penggerak dalam organisasi seperti melestarikan gotong royong sebagai nilai-nilai sosial.
Kegiatan #PerempuanBicara menghadirkan dua narasumber yakni Chuldyah Jengkarili Harsindhi, S.Kel., M.Si dan Intan Roihatul Jannah Hasly, S.Pi., M.Si keduanya merupakan Staff Harian DPP KNTI.
Dalam diskusi, Chuldyah Jengkarili Harsindhi atau yang lebih akrab disapa Chuldy menyampaikan materi tentang Peran Penting Masyarakat Pesisir dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim.
“Saat ini bumi sedang mengalami krisis iklim yang tentunya berdampak terhadap wilayah pesisir. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada tiga aspek, yakni lingkungan, ekonomi, dan sosial. Kerusakan lingkungan seperti ekosistem yang rusak akan menyebabkan sumber daya ikan menurun sehingga dari segi ekonomi pendapatan masyarakat menurun pula. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat pesisir rendah dan lama-kelamaan akan mengancam kehidupan masyarakat pesisir di masa depan.” Terang Chuldy yang merupakan lulusan magister IPB
Lanjut Chuldy, di sisi lain, masyarakat pesisir memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim di pesisir karena masyarakat tersebut merupakan garda terdepan. Masyarakat pesisir melalui pembetukan komunitas atau kelompok dapat membangun persamaan persepsi untuk “PEKA” terhadap perubahan iklim.
“Selain kelompok nelayan, kelompok ibu-ibu nelayan juga memiliki kontribusi besar dalam mitigasi. Misalnya melalui pembentukan komunitas yang bersama-sama untuk menjaga kelestarian lingkungan pesisir, seperti dengan kegiatan pengolahan sampah, menanam mangrove, dan sebagainya.” Jelas Chuldy
Narasumber kedua, Intan Roihatul Jannah Hasly menambahkan bahwa selain dari mitigasi perubahan iklim, perempuan pesisir turut menjadi kunci keberhasilan pengelolaan ekonomi keluarga nelayan.
“ Perempuan Pesisir memiliki peran penting dalam mengelola ekonomi keluarga nelayan, dari pra produksi hingga pasca produksi. Hal tersebut dapat diamati dari kegiatan perempuan pesisir yang membantu merakit atau memperbaiki jaring, mempersiapkan perlengkapan penangkapan sampai membantu proses pengolahan hasil tangkapan.” Terang Intan yang merupakan lulusan magister IPB
Lanjut Intan, selain itu, dalam pengolahan hasil perikanan tersebut perempuan pesisir memiliki potensi untuk dioptimalkan melalui swadaya atau koperasi penjualan produk olahan perikanan. Produk seperti keripik, asinan, kerupuk, ataupun kerajinan dapat ditingkatkan nilai jualnya sebagai produk perikanan sehingga mendorong perekonomian nelayan tradisional.
Di akhir sesi, Lia Sutiani sebagai moderator diskusi ini menyampaikan kesimpulan dari diskusi yang berlangsung sekitar 120 menit yang dihadiri oleh ketua bidang perempuan serta pengurus dari masing-masing DPD dan DPW KNTI.
“ Diskusi ini mengingatkan kembali bahwa kaum perempuan khususnya perempuan pesisir juga memiliki kesempatan dan hak yang sama seperti pendidikan. Meski nanti hanya bekerja dalam rumah tangga, perempuan pesisir berhak untuk mengenyam pendidikan formal maupun informal seperti pengalaman atau pendidikan keluarga, keuangan, dan lainnya. Diharapkan pula kedepannya, KPPI sebagai sayap organisasi dari KNTI mampu memajukan perempuan pesisir. Tutup Lia yang merupakan mahasiswa magister IPB