SIARAN PERS HARI IKAN NASIONAL: KNTI INGATKAN PENTINGNYA PANGAN LAUT BAGI GIZI DAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA
Ikan merupakan sumber pangan dan protein nasional. Sebagai negara maritim, Indonesia mempunyai potensi perikanan tangkap dan budidaya yang cukup besar. Berdasarkan data KKP tahun 2023, potensi perikanan tangkap lestari adalah sebesar 12,01 juta ton per tahun. Sedangkan potensi budidaya laut melebihi 50 juta ton. Namun sangat disayangkan, potensi besar ini belum dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan pangan secara optimal, khususnya dalam konteks krisis gizi dan kerawanan pangan yang melanda sebagian wilayah Indonesia.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, prevalensi stunting di Indonesia masih berada pada angka 19,8%. Artinya, 19 dari 100 Balita di Indonesia menderita stunting. Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun angka ini masih cukup tinggi. Stunting disebabkan oleh keterbatasan akses terhadap sumber protein bernutrisi, termasuk ikan. Pemanfaatan potensi perikanan secara maksimal akan mendukung percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, Dani Setiawan, menekankan bahwa ikan merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi. Peningkatan konsumsi ikan, terutama di wilayah-wilayah pesisir dan daerah rawan pangan, merupakan strategi kunci untuk menurunkan kasus stunting. Ikan kaya dengan omega-3 serta mengandung mikronutrien penting seperti iodin zinc, dan vitamin D yang sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.
Selain persoalan stunting, kerentanan dan kerawanan pangan di beberapa daerah juga masih mengkhawatirkan. Berdasarkan data FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) tahun 2025 yang dikeluarkan oleh Badan Pangan Nasional, terdapat 81 Kabupaten/Kota (15,76%) yang tergolong rentan rawan pangan. Data ini mengisyaratkan bahwa Indonesia belum sepenuhnya bebas dari masalah kerawanan pangan. Terkait masalah ini, Dani menilai lemahnya distribusi pangan laut sebagai salah satu faktor yang yang membuat pangan laut tidak sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan pangan masyarakat. Padahal FAO dan World Economi Forum (WEF) telah menyatakan bahwa sistem pangan berbasis darat tidak akan cukup menopang kebutuhan manusia ke depan. Dalam konteks ini, pangan laut akan memainkan peran vital sebagai sumber protein masa depan. WEF memperkirakan 70% kebutuhan protein tambahan global akan berasal dari laut.
Oleh karena itu, KNTI berharap agar pemerintah dapat menempatkan perikanan skala kecil dan tradisional sebagai salah satu pilar pemenuhan pangan dan gizi masyarakat. Pemerintah perlu memastikan partisipasi nelayan kecil dalam seluruh kebijakan ketahanan pangan nasional. Sebab 75-80% produksi perikanan tangkap di Indonesia dihasilkan dari nelayan skala kecil.
Hari Ikan Nasional adalah momentum bagi negara untuk menegaskan bahwa laut adalah sumber kehidupan. Ketahanan pangan laut bukan hanya tentang kedaulatan pangan, tetapi juga tentang masa depan generasi bangsa. Melindungi nelayan tradisional berarti memastikan bahwa anak-anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan bebas dari stunting.



