CADIK Nelayan Edisi 8 Desember 2025

Buletin Cadik Nelayan edisi 8 Desember 2025 menyoroti berbagai dinamika pesisir Nusantara, mulai dari respons kebijakan hingga ancaman lingkungan. KKP mengerahkan armada laut dan udara untuk menyalurkan bantuan ke masyarakat pesisir Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang terdampak bencana, termasuk 10.000 kaleng ikan olahan dan kebutuhan pokok lain. Di Kepulauan Riau, pemerintah daerah melibatkan masyarakat dalam penetapan kawasan konservasi di Lingga dan Batam, dengan usulan perlindungan sekitar 14% ekosistem terumbu karang, demi menjaga ruang tangkap tradisional dari ancaman overfishing dan praktik destruktif.

Buletin juga menyoroti kerentanan pesisir terhadap bencana dan pencemaran. Banjir rob setinggi 20–30 cm merendam permukiman 540 kepala keluarga di Dadap, Tangerang, sementara prediksi menunjukkan 12.510 desa pesisir di Indonesia terancam banjir rob pada 2050, dengan perempuan nelayan menjadi kelompok paling terdampak. Di Demak, ribuan ikan mati akibat buangan lumpur proyek Tol Semarang–Demak yang meningkatkan kekeruhan air hingga 143 NTU dan suhu mencapai 32,4°C, memicu stres pada ikan. Nelayan di Tangerang juga menemukan dugaan pencemaran minyak dari kapal tanker, ditandai gumpalan cairan berwarna kuning emas di perairan.

Dalam konteks kebijakan, KKP menegaskan arah Ekonomi Biru lima tahun ke depan dengan fokus pada konservasi, restorasi ekosistem, penguatan pulau kecil, serta program Laut Sehat Bebas Sampah. Di tingkat organisasi, KNTI bersama IPB dan BRIN mengadakan workshop tata kelola pesisir di NTB, sementara DPD KNTI di Jakarta Utara, Karawang, Subang, dan Tangerang melatih perempuan pesisir dalam pengembangan usaha mikro. Kalender kegiatan mencatat diseminasi riset trawl dan aksi bersih pantai di Gresik pada pertengahan Desember, menegaskan komitmen komunitas nelayan terhadap literasi, kapasitas, dan keberlanjutan ekosistem.

Selengkapnya dapat dibaca di CADIK Edisi 8 Desember 2025

Scroll to Top